Minggu, 17 Januari 2010

suster keramas..


Sudahkah anda menonton film suster keramas? Atau film dan sinetron yang bertema suster-suster lainnya? Bagaimana pendapat anda tentang tayangan tersebut?


Dewasa ini muncul fenomena film dan sinetron yang menampilkan berbagai ikon “suster” ..Yang menurut saya, tayangan tersebut hanya sebuah kebohongan publik yang disertai bumbu-bumbu pornografi… Dimana mereka dengan mudahnya berdalih bahwa tayangan tersebut mengandung unsur pembelajaran, padahal tujuan utama mereka hanya untuk kepentingan materi semata..Sementara bila ditilik dari unsur pembelajaran seharusnya terdapat 3 konsep teori pembelajaran ( Ramsden:1992) yaitu:

1. pembelajaran adalah proses menyampaikan atau mentransmisikan sesuatu…

2. pembelajaran adalah proses pengorganisasian kegiatan pembelajaran.

3. pembelajaran menggabungkan orientasi baik dari orientasi pengajar maupun orientasi pelajar.. Pembelajaran seperti apakah yang ingin ditampilkan dari film dan sinetron tersebut?…


Berikut gambarannya.. Suster dideskripsikan dengan gambaran perempuan seksi bertubuh aduhai yang menggunakan cap berwarna putih, berambut tergerai lurus panjang, berbaju terusan putih dengan bawahan atau rok diatas paha dan menggunakan sepatu hak tinggi.. Pernahkah anda melihat sosok suster tersebut dalam dunia nyata?

Coba anda bayangkan, bila benar perawat menggunakan sepatu hak tinggi, bagaimana mungkin kita dapat berjalan mondar mandir merawat pasien? maka tidak disangsikan lagi kita bisa terkena cedera, jatuh, terkilir, dll…

Bayangkan bila kita menggunakan rok mini…saat kita harus melakukan infus pada pasien dengan posisi tubuh sedikit membungkuk…tak terbayangkan pemandangan indah yang didapat saat rok kita terangkat!!!

Bayangkan bila rambut kita panjang terurai…maka pada saat mengobservasi yanda-tanda vital pasien..kita akan lebih sibuk mengurus rambut…dan pada saat melakukan resusitasi pada pasien gawat darurat maka rambut kita kan melesat kesana kemari..


Semua gambaran itu berbanding terbalik dengan sosok perawat sejati yaitu Florence nightingale seorang wanita ningrat dan kaya yang lebih memilih merawat korban perang daripada berhura-hura dengan harta yang dimilikinya…Florence yang dengan performance dan attitude yang luar biasa, berpakaian rapi dan bersih, menjunjung tinggi kesehatan pasiennya..Walaupun pada saat itu perawat dianggap hina karena disamakan dengan wanita tuna susila…namun Florence tetap kukuh mengabdikan hidupnya untuk keperawatan…


Jadi.. sebenarnya ikon yang ditampilkan dalam tayangan tersebut adalah SALAH BESAR..Masihkah kita menutup mata?? Akankah kita membiarkan cita-cita luhur yang di bangun Florence menguap begitu saja? akankah kita hanya terdiam dan terpaku melihat profesi kita di lecehkan hanya demi kepentingan komersial belaka? akankah kita mampu mengubah pandangan kompleks tentang profesi perawat dalam kondisi masyarakat modern yang selalu berubah?


Kita masih diberikan kesempatan untuk berjuang…., besar harapan saya agar tulisan ini dapat menggugah perasaan anda dan membangkitkan semangat Florence dalam diri anda.. Mengutip kata-kata Tom Peters dan Robert Waterman dalam bukunya In Search of Excellence “ Perlakukan kami sebagai orang dewasa, perlakukan kami sebgai mitra, perlakukan kami dengan bermartabat, perlakukan kami dengan rasa hormat .” Kutipan itu dirasakan sangat tepat untuk mewakili jeritan hati kami (baca : perawat)…


Apakah anda akan membiarkan Florence menangis dalam kuburnya melihat fenomena ini?...n_n..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar